Para pemain profesional di Indonesia mem-posting kegundahan mereka dalam akun sosialnya terutama Instagram dan Facebook. Hampir semua pemain dari klub kontestan Liga 1, baik pemain lokal dan asing melakukan hal serupa pada Kamis ( 07/1/2021) malam.
Mereka serempak mem-posting dengan kalimat yang sama yaitu “Membayangkan negara palimg fanatis dengan sepak bola, tapi tak memiliki kompetisi sepak bola”. Posting-an mereka pun diakhiri dengan tagar #AyoMainLagi.
Dari penelusuran, hingga saat ini hastag tersebut sudah dipakai hingga ribuan posting-an. Ini adalah aksi pertama yang serempak dari semua pemain profesional pasca penghentian kompetisi pertengahan Maret lalu.
Diduga aksi ini muncul lantaran ada kabar jika cabang olahraga lainnya seperti Basket dengan IBL-nya dan voli dengan ProLiga-nya mendapatkan izin penyelengaraan dari Polri.
Pengamat sepak bola nasional, Kesit Budi Handoyo memastikan aksi masal posting-an serupa dari semua pemain profesional itu menandakan adanya kegundahan.
“Boleh jadi ini puncak dari kekecewaan para pemain karena hingga detik ini liga tak juga berputar di Indonesia,” kata Kesit Budi Handoyo, Jumat (08/1/2021).
“Apa yang disampaikan banyak pemain melalui akun mereka masing-masing bisa jadi wujud kekesalan dan kegalauan mereka selama ini karena sepak bola di Indonesia belum juga bisa dimainkan karena alasan pandemi COVID-19,” tambahnya.
Lanjut pria yang sering terlihat sebagai komentator sepak bola dibeberapa stasiun televisi nasoonal ini, ia menangkap ada pesan yang ingin disampaikan para pemain kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap jalannya liga di Indonesia, mulai dari PSSI, PT LIB, dan juga pemerintah dalam hal ini pihak pemberi izin yakni Polri.
“Ini bisa juga merupakan tekanan yang coba diberikan para pemain terhadap pihak-pihak di atas agar segera memberikan kepastian kapan sepakbola di negeri ini bisa kembali dimainkan,” ujarnya.
Memang ironis, kata Kesit B Handoyo sebagai negara yang penduduknya sangat gemar sepakbola liga tak bisa berjalan. Memang masih ada pandemi, tapi di negara lain pun sama.
“Hanya saja mereka sudah berani memutar kompetisi dengan aturan prokes yang sangat ketat. Diharapkan Indonesia pun demikian,” Kesit B Handoyo mengakhiri pembicaraan.
Comment